berarti
suatu pertanda atau gambaran yang ada hubungannya dengan perkembangan obyek
meditasi. Nimitta ini ada tiga macam, yaitu :
1.
Parikamma-Nimitta (gambaran batin permulaan)
2.
Uggaha-Nimitta (gambaran batin mencapai)
3.
Patibhaga-Nimitta (gambaran batin berlawanan)
Mengenai parikamma-nimitta,
gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi, seperti patung
Buddha, mula-mula dilihat dengan mata, kemudian dibayangkan dalam pikiran.
Jadi, parikamma-nimitta merupakan gambaran atau bentuk dari obyek dalam
keadaan yang sebenarnya. Semua obyek (empat puluh macam obyek meditasi) dapat
menghasilkan parikamma-nimitta.
Mengenai uggaha-nimitta, gambaran suatu obyek yang
diambil dalam meditasi dilihat dengan batin, hingga obyek itu melekat dalam pikiran. Jadi,
uggaha-nimitta merupakan gambaran obyek di dalam batin yang sama dengan bentuk obyek yang
dipakai, walaupun mata telah dipejamkan. Untuk mencapai uggaha-nimitta, semua obyek meditasi
dapat dipakai dalam melaksanakan Samatha Bhāvanā, yaitu keempat puluh obyek meditasi.
Mengenai patibhaga-nimitta,
gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi yang telah melekat
pada pikiran, terpeta dengan nyata, tetap, jernih, jelas, terbebas dari
gangguan, dan gambaran obyek tersebut dapat dibesarkan serta dikecilkan menurut
kemauan. Jadi, patibhaganimitta merupakan gambaran pantulan dari obyek yang dipakai, yang bentuk
gambaran itu berubah menjadi sinar terang di dalam batinnya. Untuk mencapai
patibhaga-nimitta, maka obyek yang harus diambil dalam melaksanakan Samatha Bhāvanā ialah
sepuluh kasina, sepuluh asubha, satu kayagatasati, dan satu anapanasati.
Pada umumnya umat buddha mempraktekkan meditasi dengan
objek pernapasan yang dalam bahasa pali dikenal dengan istilah anapanasati.
Saat berlatih meditasi ini, pikiran harus terkonsentrasi pada keluar masuknya
napas. Saat bernapas, udara menyentuh ujung hidung, maka kita amati dan
mencatat dalam batin sebagai “napas masuk”, juga saat menghembuskan napas,
udara melewati ujung hifung kita mencatat itu sebagai “napas keluar”. Demikian
seterusnya pikiran selalu terpusat pada ujung hidung.
Andai
kata pikiran tidak dapat terpusat pada keluar masuknya napas dan mengembara
kemana-mana, serta pikiran berpikir hal-hal lain, seperti memikirkan keluarga,
tema, sekolah, sahabat, harta, pekerjaan dan lain-lain, pikiran harus segera
dipusatkan kembali pada objek semula, yakni keluar masuknya napas.
Meski
pikiran dipusatkan pada keluar masuknya napas ini tidak dapat bertahan lebih
lama. Pada awal berlatih pikiran akan mengembara kesana-kemari. Lalu kita harus
mengajak pikiran tersebut pada objek semula yakni keluar-masuknya napas dan
memperhatiklan seta mencata dalam batin napas masuk dan napas keluar. Dengan
cara ini pikiran dapat memegang dan dipusatkan pada objek lebih lama.
Banyak meditator
menemukan kesulitan. Mereka kebanyakan merasa napas menjadi sangat halus &
tidak jelas,
mereka bisa berpikir napas mereka sudah berhenti. Kalau ini terjadi, seyogyanya
mempertahankan kesadaran dimana anda terakhir kali menyadari napas tersebut,
& tunggulah disana.
Orang
mati, janin dalam rahim, orang yang tercekik, orang pingsan, orang dalam jhana
empat, orang dalam pencapaian pemadaman (nirodha samapatti), dan dewa brahma;
hanya ketujuh jenis orang ini yang tidak bernapas. Renungkanlah kenyataan bahwa
anda bukan salah satu diantara mereka, bahwa
sebetulnya anda bernapas, dan bahwa itu semata-mata karena sati anda tidak
cukup kuat untuk menyadari napas.
Bila
napas anda halus, seyogyanya
janganlah membuat napas tersebut menjadi lebih kentara karena usaha ini akan menganggu dan
konsentrasi anda takkan berkembang. Cukup menyadari napas tersebut sebagaimana
adanya, dan kalau tidak kentara, cukup menugguinya di tempat dimana anda
terakhir menyadarinya. Anda akan menemukan bahwa dengan menyerahkan sati dan
kebijakasanaan dengan cara demikian, napas akan muncul kembali.
Sepanjang
pikiran hanya terpusat pada keluar masuknya napas melalui hidung
gangguan-gangguan akan dapat disingkirkan. Sesudah itu pikiran akan semakin
lunak, tenang , cerah. Kita akan erasakan kedamaian selama pikiran dapat
dipertahankan terpusat pada keluar masuknya napas. Inilah yang disebut dengan
Jhana. Pikiran hanya benar-benar terpusat pada objek meditasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar