Jumat, 03 Januari 2014

Carita




Seseorang yang ingin melaksanakan Samatha Bhāvanā maka seyogyanya terlebih dahulu mengenal watak/sifat (carita) yang ia miliki, hal ini diperlukan agar meditasinya dapat berkembang dengan baik. Di dalam Abhidhamma, terdapat pembagian sifat-sifat secara umum yang berdasarkan atas keadaan batin manusia, yaitu manusia itu dapat dibagi menjadi enam golongan berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya:
1. Orang yang keras nafsu lobanya atau Ragacarita
2. Orang yang keras kebenciannya atau Dosacarita
3. Orang yang bodoh (dungu) atau Mohacarita
4. Orang yang tebal keyakinannya atau Saddhacarita
5. Orang yang bijaksana (pandai) atau Budhicarita
6. Orang yang suka melamun atau Vitakkacarita



Penjelasan:
1.      Raga Carita
Orang yang keras lobhanya melaksanakan sesuatu berdasarkan lobha, cenderung ke arah kecantikan dan keindahan, kagum melihat suatu kebajikan walaupun kecil sekali, mudah melupakan kesalahan orang lain, cerdik, sombong, berambisi besar, mementingkan diri sendiri. Lingkungan yang dipakai dalam meditasi orang raga carita yaitu yang tidak rapi, kotor, pakaian juga yang jelek, postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berjalan dan berdiri. Orang yang memiliki raga carita jika melaksanakan samatha bhāvanā sebaiknya memilih kasina warna biru, 10 asubha, dan 1 kayagatasati.

2.      Dosa carita
      Orang yang keras kebenciannya, melaksanakan sesuatu berdasarkan kebencian cenderung ke arah panas hati, suka marah, suka jengkel, iri hati, tidak senang melihat kesalahan walau kecil, suka bermusuhan, memandang rendah orang lain, suka memerintah dan mendikte orang lain. Lingkungan yang dipakai dalam meditasi orang Dosa carita yaitu yang  rapi, bersih, indah,  postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berbaring atau duduk. Obyek meditasi yang dipergunakan dalam melaksanakan samatha bhāvanā adalah: 4 kasina (nila: biru, pita: kuning, lohita: merah dan odata: putih), dan 4 apamanna (metta, karuna, mudita, upekkhā).

3.      Moha carita
Orang yang bodoh (dungu), melaksanakan sesuatu berdasarkan kebodohan batin cenderung ke arah kelemahan batin suka bingung, suka ragu-ragu, suka kawatir, menggentungkan diri pada pendapat orang lain, pikirannya ruwet, malas, pendiriannya tidak tetap, kadang-kadang kukuh memegang suatu pandangan
Lingkungan yang dipakai dalam meditasi orang moha carita yaitu yang terang, tidak gelap, banyak cahaya, terbuka dan luas, postur yang cocok meditasi  berjalan.
Obyek yang dipakai dalam melaksanakan  samatha bhāvanā adalah anapanasati.

4.      Saddha carita
Orang yang kuat keyakinannya, melaksanakan sesuatu berdasarkan keyakinan cenderung ke arah rendah hati, dermawan, jujur, suka menemui orang-orang suci, suka mendengar dhamma, yakin pada sesuatu yang dianggap baik, mudah percaya, sangat mudah diyakinkan.
Lingkungan yang dipakai dalam meditasi orang sadha carita yaitu yang tidak rapi, kotor, pakaian juga yang jelek, postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berjalan dan berdiri. Obyek meditasi  dalam melaksanakan samatha bhāvanā adalah: 6 anussati (Buddhanussati, Dhammanussati, Sangha-nussati, Silanussati, Caga-nussati dan Devatanussati).

5.      Budhi carita (Ñana Carita)
Orang yang bijaksana cerdas dan mampunyai pengetahuan dhamma, melaksanakan sesuatu dengan  hati-hati, cenderung ke arah perenungan terhadap tilakkhana dan meditasi, selalu ingin tahu, belajar dan meneliti untuk menambah pengetahuan, mempunyai kawan yang baik dan bersedia mendengarkan omongan orang lain. Obyek meditasi dalam melaksanakan samatha bhāvanā adalah marananussati, upasamanussati, aharepatikulasanna dan catudhatuvavatthana.

6.      Vitakka Carita
Orang yang suka melamun, melaksanakan sesuatu dengan tergesa-gesa, cenderung ke arah kegugupan, kegagalan dalam usaha, suka berteori, pikirannya sering berkeliaran, tidak suka bekerja untuk kepentingan  sosial, mudah gelisah, bergerak tanpa tujuan yang jelas. Lingkungan yang dipakai oleh orang Vitakka carita dalam melaksanakan meditasi tidak menimbulkan masalah-masalah, ruangannya kecil, bersih, dan cukup mendapatkan cahaya, postur sama dengan raga carita. Obyek meditasi dalam melaksanakan samatha bhāvanā adalah anapanasati.
Tiga puluh obyek meditasi khusus untuk 6 carita, sedangkan sisanya 10  yaitu 4 mahabhuta (patavi, tejo vayo, apo kasina) aloka kasina, akasa kasina dan 4 arupa dapat dijadikan obyek meditasi oleh semua orang tanpa memperhatikan caritanya.
Faktor yang mempengaruhi untuk samadhi yang berasal dari luar dinamakan sappaya dhamma, yaitu tempat tinggal, wilayah, pembicaraan, penduduk, makanan, iklim, dan postur.

Dalam meditasi samatha bhāvanā, terdapat tiga macam tingkat perkembangan batin, yaitu:
1.      Parikamma-Bhāvanā (perkembangan batin tingkat pendahuluan)
2.      Upacara-Bhāvanā (perkembangan batin tingkat mendekati konsentrasi)
3.      Appana-Bhāvanā (perkembangan batin tingkat terkonsentrasi dengan kuat)

Dalam parikamma-bhāvanā, pikiran baru akan dipusatkan pada obyek. Semua obyek (empat puluh macam obyek meditasi) dapat menghasilkan parikamma-bhāvanā. Dalam upacara-bhāvanā, pikiran telah siap untuk memasuki pemusatannya, dan mulai timbulnya patibhaga-nimitta. Dalam keadaan ini, nivarana telah dapat diatasi. Namun konsentrasi pikiran masih belum mantap. Hal ini dapat disamakan dengan anak kecil yang baru belajar berdiri, namun masih belum mantap, sering jatuh, tetapi ia terus berusaha. Untuk mencapai upacara-bhāvanā, obyek yang harus diambil dalam melaksanakan Samatha Bhāvanā ialah delapan anussati (Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, silanussati, caganussati, devatanussati, marananussati, upasamanussati), satu aharapatikulasanna, dan satu catudhatuvavatthana. Dalam appana-bhāvanā, pikiran telah dapat tinggal diam dalam jangka waktu yang lama, menurut yang dikehendakinya, karena konsentrasi yang penuh dan mantap telah tercapai. Keadaan ini dapat diumpamakan sebagai orang yang telah dewasa yang telah dapat berdiri dengan kuat, tak jatuh-jatuh lagi. Di samping nivarana telah dapat diatasi, maka faktor-faktor jhana juga mulai timbul berperanan (vitakka, vicara, piti, sukha, dan ekaggata). Obyek-obyek yang dapat dipakai untuk mencapai appana-bhāvanā ialah sepuluh kasina, sepuluh asubha, satu kayagatasati, satu anapanasati, empat appamañña, dan empat arupa.
 



Tidak ada komentar: