Seseorang yang ingin melaksanakan Samatha Bhāvanā maka seyogyanya terlebih
dahulu mengenal watak/sifat (carita) yang ia miliki, hal ini diperlukan agar
meditasinya dapat berkembang dengan baik. Di dalam Abhidhamma, terdapat pembagian sifat-sifat
secara umum yang berdasarkan atas keadaan batin manusia, yaitu
manusia itu dapat dibagi menjadi enam golongan berdasarkan sifat-sifat yang
dimilikinya:
1. Orang yang keras nafsu lobanya atau Ragacarita
2. Orang yang keras kebenciannya atau Dosacarita
3. Orang yang bodoh (dungu) atau Mohacarita
4. Orang yang tebal keyakinannya atau Saddhacarita
5. Orang yang bijaksana (pandai) atau Budhicarita
6. Orang yang suka melamun atau Vitakkacarita
Penjelasan:
1.
Raga
Carita
Orang
yang keras lobhanya melaksanakan sesuatu berdasarkan lobha, cenderung ke arah
kecantikan dan keindahan, kagum melihat suatu kebajikan walaupun kecil sekali,
mudah melupakan kesalahan orang lain, cerdik, sombong, berambisi besar, mementingkan
diri sendiri. Lingkungan
yang dipakai dalam meditasi orang raga carita yaitu yang tidak rapi, kotor,
pakaian juga yang jelek, postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berjalan
dan berdiri. Orang
yang memiliki raga carita jika melaksanakan samatha bhāvanā sebaiknya memilih
kasina warna biru, 10 asubha, dan 1 kayagatasati.
2.
Dosa
carita
Orang yang keras kebenciannya,
melaksanakan sesuatu berdasarkan kebencian cenderung ke arah panas hati, suka
marah, suka jengkel, iri hati, tidak senang melihat kesalahan walau kecil, suka
bermusuhan, memandang rendah orang lain, suka memerintah dan mendikte orang
lain. Lingkungan
yang dipakai dalam meditasi orang Dosa carita yaitu yang rapi, bersih, indah, postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap
berbaring atau duduk. Obyek
meditasi yang dipergunakan dalam melaksanakan samatha bhāvanā adalah: 4 kasina
(nila: biru, pita: kuning, lohita: merah dan odata: putih), dan 4 apamanna
(metta, karuna, mudita, upekkhā).
3.
Moha
carita
Orang
yang bodoh (dungu), melaksanakan sesuatu berdasarkan kebodohan batin cenderung
ke arah kelemahan batin suka bingung, suka ragu-ragu, suka kawatir,
menggentungkan diri pada pendapat orang lain, pikirannya ruwet, malas,
pendiriannya tidak tetap, kadang-kadang kukuh memegang suatu pandangan
Lingkungan
yang dipakai dalam meditasi orang moha carita yaitu yang terang, tidak gelap,
banyak cahaya, terbuka dan luas, postur yang cocok meditasi
berjalan.
Obyek
yang dipakai dalam melaksanakan samatha bhāvanā
adalah anapanasati.
4.
Saddha
carita
Orang
yang kuat keyakinannya, melaksanakan sesuatu berdasarkan keyakinan cenderung ke
arah rendah hati, dermawan, jujur, suka menemui orang-orang suci, suka
mendengar dhamma, yakin pada sesuatu yang dianggap baik, mudah percaya, sangat
mudah diyakinkan.
Lingkungan
yang dipakai dalam meditasi orang sadha carita yaitu yang tidak rapi, kotor,
pakaian juga yang jelek, postur meditasi sebanyak mungkin dalam sikap berjalan
dan berdiri. Obyek
meditasi dalam melaksanakan samatha
bhāvanā adalah: 6 anussati (Buddhanussati, Dhammanussati,
Sangha-nussati,
Silanussati,
Caga-nussati
dan Devatanussati).
5.
Budhi
carita (Ñana Carita)
Orang
yang bijaksana cerdas dan mampunyai pengetahuan dhamma, melaksanakan sesuatu
dengan hati-hati, cenderung ke arah
perenungan terhadap tilakkhana dan meditasi, selalu ingin tahu, belajar dan
meneliti untuk menambah pengetahuan, mempunyai kawan yang baik dan bersedia
mendengarkan omongan orang lain. Obyek
meditasi dalam melaksanakan samatha bhāvanā adalah marananussati,
upasamanussati, aharepatikulasanna dan catudhatuvavatthana.
6.
Vitakka
Carita
Orang
yang suka melamun, melaksanakan sesuatu dengan tergesa-gesa, cenderung ke arah
kegugupan, kegagalan dalam usaha, suka berteori, pikirannya sering berkeliaran,
tidak suka bekerja untuk kepentingan
sosial, mudah gelisah, bergerak tanpa tujuan yang jelas. Lingkungan
yang dipakai oleh orang Vitakka carita dalam melaksanakan
meditasi tidak menimbulkan masalah-masalah, ruangannya kecil, bersih, dan cukup
mendapatkan cahaya, postur sama dengan raga carita. Obyek
meditasi dalam melaksanakan samatha bhāvanā adalah anapanasati.
Tiga puluh obyek meditasi khusus untuk 6 carita,
sedangkan sisanya 10 yaitu 4 mahabhuta
(patavi, tejo vayo, apo kasina) aloka kasina, akasa kasina dan 4 arupa dapat
dijadikan obyek meditasi oleh semua orang tanpa memperhatikan caritanya.
Faktor
yang mempengaruhi untuk samadhi yang berasal dari luar dinamakan sappaya
dhamma, yaitu tempat tinggal, wilayah, pembicaraan, penduduk, makanan, iklim,
dan postur.
Dalam meditasi samatha bhāvanā, terdapat tiga macam tingkat perkembangan
batin, yaitu:
1.
Parikamma-Bhāvanā (perkembangan batin tingkat
pendahuluan)
2.
Upacara-Bhāvanā (perkembangan batin tingkat
mendekati konsentrasi)
3.
Appana-Bhāvanā (perkembangan batin tingkat
terkonsentrasi dengan kuat)
Dalam parikamma-bhāvanā, pikiran baru akan dipusatkan
pada obyek. Semua obyek (empat puluh macam obyek meditasi) dapat menghasilkan
parikamma-bhāvanā. Dalam upacara-bhāvanā, pikiran telah siap untuk
memasuki pemusatannya, dan mulai timbulnya patibhaga-nimitta. Dalam
keadaan ini, nivarana telah dapat diatasi. Namun konsentrasi pikiran masih belum mantap. Hal ini dapat
disamakan dengan anak kecil yang baru belajar berdiri, namun masih belum
mantap, sering jatuh, tetapi ia terus berusaha. Untuk mencapai upacara-bhāvanā, obyek yang harus diambil
dalam melaksanakan Samatha Bhāvanā ialah delapan anussati
(Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, silanussati, caganussati, devatanussati, marananussati, upasamanussati), satu
aharapatikulasanna, dan satu catudhatuvavatthana. Dalam appana-bhāvanā, pikiran telah dapat tinggal diam
dalam jangka waktu yang lama, menurut yang dikehendakinya, karena konsentrasi yang
penuh dan mantap telah tercapai. Keadaan ini dapat diumpamakan
sebagai orang yang telah dewasa yang telah dapat berdiri dengan kuat, tak jatuh-jatuh lagi. Di samping nivarana
telah dapat diatasi, maka faktor-faktor jhana juga mulai timbul berperanan (vitakka, vicara,
piti, sukha, dan ekaggata). Obyek-obyek yang dapat dipakai untuk mencapai appana-bhāvanā ialah
sepuluh kasina, sepuluh asubha, satu kayagatasati, satu anapanasati,
empat appamañña, dan empat arupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar