Minggu, 03 Agustus 2014

Hari Raya Âsâïha



Yaõkiñci samudayadhammaæ,
Sabbantaæ nirodhadhammanti.

(Segala sesuatu yang muncul karena perpaduan faktor pembentuk, sewajarnya mengalami kehancuran).
(Dhammacakkapavattana sutta)

Peringatan Âsâïha sesungguhnya mengingatkan kita kembali pada sejarah kehidupan Buddha Gotama. Dalam sejarah kehidupan Buddha Gotama hanya satu kali hal ini terjadi. Sehingga kita sebagai siswa-siswi Sang Buddha hendaknya kita kembali mengenang kesakralan dari kejadian atau peristiwa yang diperingati pada Âsâïha Puja tersebut.
Puja yang telah kita lakukan adalah bentuk penghormatan, yang selayaknya kita tumbuh kembangkan dalam peringatan Âsâïha yang telah dilakukan setiap satu tahun sekali. Namun, disisi yang lain, puja tidak hanya kita lakukan pada saat-saat peringatan hari raya saja akan tetapi, bisa kita lakukan setiap saat, kapan dan dimana saja.
Ada 2 cara dalam melakukan bentuk puja/penghormatan :

1.      Dengan Amisa puja, memberikan penghormatan dengan wujud materi/benda. Seperti persembahan puja di Altar Sang Buddha. Contoh : Lilin/Pelita, Dupa, Air, Bunga, Buddha Rupang, Buah dll
2.            Dengan Patipati Puja, menjalankan praktik dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan menjalankan Sepuluh Dasapuññyakiriya Vatthu, Sîla, Bhavana/meditasi.
Bentuk Puja demikian sesungguhnya cara yang terbaik, bukan dengan meminta-minta/berdo’a supaya keinginan kita terkabulkan.
Peringatan Âsâïha Puja ini, memperingati 3 peristiwa yang sangat sakral :
1.            Buddha Gotama membabarkan Dhammacakkapatana sutta/ khotbah pemutaran roda dhamma kepala Pancavagiya bhikkhu, antara lain, Ayya Aññâ Kondañña, Ayya Bhaddiya, Ayya Vappa, Ayya Mâhânâma, dan Ayya Asajji.
2.            Buddha membentuk Sangha pertama kali
3.            Tiratana menjadi lengkap (Buddharatana, Dhammaratana, dan Saõgharatana).

Lebih lanjut lagi, Buddha Gotama banyak menguraikan tentang empat kebenaran mulia (cattaro sacca).
Sesungguh apa yang telah diajarkan oleh Buddha Gotama tidak jauh dari kehidupan kita sebagai manusia. Ajaran Buddha tidak hanya di monopoli oleh para bhikkhu atau untuk para bhikkhu saja. Ajaran Buddha sangat Universal, siapa pun yang menjalankan maka dia akan mendapatkan hasil/vipakanya sendiri. Maka sang Buddha menyatakan di dalam Dhammapada XII : 165 - Atta Vagga Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan, oleh diri sendiri seseorang menjadi suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri. Tak seseorang pun yang dapat mensucikan orang lain.

1.            Dukkha Ariyasacca
Buddha menganjurkan, mendorong para siswanya untuk melihat siklus kehidupan ini sebagai mana adanya sebab, Hidup dan kehidupan banyak diwarnai dengan berbagai macam rupa. Terkadang kita melihat orang yang  senang, hidupnya sejahtera, makmur, damai. Di sisi yang lain, kita juga akan bertemu sesuatu yang tidak menyenangkan. Seperti contoh kejenuhan, kebosanan, kecemasan, kegelisahan, kesedihan, ratap tangis, kepedihan hati dan berbagai kondisi yang tidak menyenangkan yang lainnya. Bentuk dari hal demikian sesungguhnya adalah kebenaran atau realita kehidupan yang ada dan dialami oleh setiap manusia bahkan makhluk di alam yang lainnya.
Buddha Gotama menganjurkan kita untuk melihat dengan jelas sifat dari kehidupan ini. Sehingga dengan melihat kenyataan yang ada, kita akan menjadi orang yang sadar, tidak mudah mengeluh, gelisah khawatir, cemas.
2.            Dukkhasamudaya Ariyasacca
Kebahagiaan, kedamaian, ketenteraman, kemakmuran, kesuksesan itu ada dan tercipta karena ada kondisi dan sebab.
Kegelisahan akan masa yang akan datang, kegagalan, sakit hati, pisang dengan suami/istri sesungguhnya juga karena ada faktor penyebabnya. Tiada satu pun tanpa adanya penyebab. Orang kenyang/tidak lapar karena makan. Orang yang haus karena tidak minum. Jadi, ada sebab-akibat.
Jika hal ini tidak dilihat dengan kaca mata dhamma maka, kita hanya menyalahkan, dan menuding orang lain tanpa penyelidikan terlebih dahulu bahwasannya segala sesuatu ada sebabnya.
3.            Dukkhanirodha Ariyasacca
Kita tahu bahwa tujuan umat Buddha yang paling bawah adalah mencari harta, kedudukan, jabatan yang tinggi
Yang paling menengah adalah ingin masuk surga/sagga dan yang paling tinggi adalah pencapaian pembebasan/Nibbana.
Namun semua tujuan yang telah diinginkan harus melewati tahapan-tahapan yang harus diperjuangkan bahkan membutuhkan pengorbanan, waktu yang cukup panjang.


4.            Dukkhanirodhagâminî patipada Ariyasacca
Buddha Gotama telah menunjukkan jalan yang sangat benar. Jalan itu adalah Jalan Mulia berunsur Delapan. Ada pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Jika dirangkum akan menjadi 3 unsur, yaitu Sila, Samadhi dan, Panna. Inilah solusi untuk menghadapi hidup yang diliputi oleh nafsu raga, nafsu keinginan/ketidak-puasan. Selama kita masih memiliki keinginan yang mambawa kemelekatan maka saat itu juga kita sudah berpikir untuk mencari kehidupan yang baru. Secara otomati, keinginan (tanha) itu menjadi akar dari proses kehidupan selanjutnya.

Kesimpulan : memberi penghormatan adalah bentuk dari pelaksanaan dhamma, bahkan dalam Maõgala Sutta dikatakan bahwa menghormat mereka yang patut dihormat adalah Berkah Utama. Penghormatan bisa dilakukan setiap saat bukan hanya pada saat peringatan hari raya saja. Disamping itu pula, ajaran empat kebenaran mulia ini harus diingat, direnungkan, dan dipraktikkan sehingga kita akan paham akan kebenaran sesungguhnya, yang mana dikatakan bahwa Dhamma/kebenaran itu indah pada awal, pertengahan dan akhirnya jika dipraktikkan dengan baik dan benar.

Referensi :
1.    Dhammapada
2.    Saæyuttanikâya, Mahâvagga

Mettacittena/Hendra DRS






Tidak ada komentar: