![]() |
Yaõkiñci samudayadhammaæ,
Sabbantaæ nirodhadhammanti.
(Segala sesuatu yang muncul karena perpaduan faktor pembentuk,
sewajarnya mengalami kehancuran).
(Dhammacakkapavattana sutta)
Peringatan
Âsâïha sesungguhnya mengingatkan
kita kembali pada sejarah kehidupan Buddha Gotama. Dalam sejarah kehidupan
Buddha Gotama hanya satu kali hal ini terjadi. Sehingga kita sebagai
siswa-siswi Sang Buddha hendaknya kita kembali mengenang kesakralan dari
kejadian atau peristiwa yang diperingati pada Âsâïha Puja tersebut.
Puja
yang telah kita lakukan adalah bentuk penghormatan, yang selayaknya kita tumbuh
kembangkan dalam peringatan Âsâïha yang telah dilakukan setiap satu tahun sekali. Namun,
disisi yang lain, puja tidak hanya kita lakukan pada saat-saat peringatan hari
raya saja akan tetapi, bisa kita lakukan setiap saat, kapan dan dimana saja.
Ada
2 cara dalam melakukan bentuk puja/penghormatan :
1. Dengan Amisa puja,
memberikan penghormatan dengan wujud materi/benda. Seperti persembahan puja di
Altar Sang Buddha. Contoh : Lilin/Pelita, Dupa, Air, Bunga, Buddha Rupang, Buah
dll
2.
Dengan Patipati
Puja, menjalankan praktik dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan
menjalankan Sepuluh Dasapuññyakiriya Vatthu, Sîla, Bhavana/meditasi.
Bentuk Puja demikian sesungguhnya cara yang terbaik,
bukan dengan meminta-minta/berdo’a supaya keinginan kita terkabulkan.
Peringatan Âsâïha Puja ini, memperingati 3 peristiwa yang sangat sakral
:
1.
Buddha Gotama
membabarkan Dhammacakkapatana sutta/ khotbah pemutaran roda dhamma kepala Pancavagiya
bhikkhu, antara lain, Ayya Aññâ Kondañña, Ayya Bhaddiya, Ayya Vappa, Ayya Mâhânâma, dan Ayya Asajji.
2.
Buddha membentuk
Sangha pertama kali
3.
Tiratana menjadi
lengkap (Buddharatana, Dhammaratana, dan Saõgharatana).
Sesungguh apa yang telah diajarkan oleh Buddha Gotama
tidak jauh dari kehidupan kita sebagai manusia. Ajaran Buddha tidak hanya di monopoli
oleh para bhikkhu atau untuk para bhikkhu saja. Ajaran Buddha sangat Universal,
siapa pun yang menjalankan maka dia akan mendapatkan hasil/vipakanya sendiri.
Maka sang Buddha menyatakan di dalam Dhammapada XII : 165 - Atta Vagga Oleh diri sendiri kejahatan
dilakukan, oleh diri sendiri seseorang menjadi suci. Suci atau tidak suci tergantung
pada diri sendiri. Tak seseorang pun yang dapat mensucikan orang lain.
1.
Dukkha Ariyasacca
Buddha
menganjurkan, mendorong para siswanya untuk melihat siklus kehidupan ini
sebagai mana adanya sebab, Hidup dan kehidupan banyak diwarnai dengan berbagai
macam rupa. Terkadang kita melihat orang yang senang, hidupnya sejahtera, makmur, damai. Di sisi
yang lain, kita juga akan bertemu sesuatu yang tidak menyenangkan. Seperti contoh
kejenuhan, kebosanan, kecemasan, kegelisahan, kesedihan, ratap tangis,
kepedihan hati dan berbagai kondisi yang tidak menyenangkan yang lainnya.
Bentuk dari hal demikian sesungguhnya adalah kebenaran atau realita kehidupan
yang ada dan dialami oleh setiap manusia bahkan makhluk di alam yang lainnya.
Buddha Gotama
menganjurkan kita untuk melihat dengan jelas sifat dari kehidupan ini. Sehingga
dengan melihat kenyataan yang ada, kita akan menjadi orang yang sadar, tidak
mudah mengeluh, gelisah khawatir, cemas.
2.
Dukkhasamudaya
Ariyasacca
Kebahagiaan,
kedamaian, ketenteraman, kemakmuran, kesuksesan itu ada dan tercipta karena ada
kondisi dan sebab.
Kegelisahan
akan masa yang akan datang, kegagalan, sakit hati, pisang dengan suami/istri
sesungguhnya juga karena ada faktor penyebabnya. Tiada satu pun tanpa adanya
penyebab. Orang kenyang/tidak lapar karena makan. Orang yang haus karena tidak
minum. Jadi, ada sebab-akibat.
Jika hal ini
tidak dilihat dengan kaca mata dhamma maka, kita hanya menyalahkan, dan
menuding orang lain tanpa penyelidikan terlebih dahulu bahwasannya segala
sesuatu ada sebabnya.
3.
Dukkhanirodha
Ariyasacca
Kita tahu
bahwa tujuan umat Buddha yang paling bawah adalah mencari harta, kedudukan,
jabatan yang tinggi
Yang paling
menengah adalah ingin masuk surga/sagga dan yang paling tinggi adalah pencapaian
pembebasan/Nibbana.
Namun semua
tujuan yang telah diinginkan harus melewati tahapan-tahapan yang harus
diperjuangkan bahkan membutuhkan pengorbanan, waktu yang cukup panjang.
4.
Dukkhanirodhagâminî patipada Ariyasacca
Buddha Gotama
telah menunjukkan jalan yang sangat benar. Jalan itu adalah Jalan Mulia
berunsur Delapan. Ada pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan
benar, mata pencaharian benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan
konsentrasi benar. Jika dirangkum akan menjadi 3 unsur, yaitu Sila, Samadhi dan,
Panna. Inilah solusi untuk menghadapi hidup yang diliputi oleh nafsu raga,
nafsu keinginan/ketidak-puasan. Selama kita masih memiliki keinginan yang
mambawa kemelekatan maka saat itu juga kita sudah berpikir untuk mencari
kehidupan yang baru. Secara otomati, keinginan (tanha) itu menjadi akar dari
proses kehidupan selanjutnya.
Kesimpulan : memberi penghormatan adalah bentuk dari pelaksanaan
dhamma, bahkan dalam Maõgala Sutta dikatakan bahwa menghormat mereka yang patut
dihormat adalah Berkah Utama. Penghormatan
bisa dilakukan setiap saat bukan hanya pada saat peringatan hari raya saja. Disamping
itu pula, ajaran empat kebenaran mulia ini harus diingat, direnungkan, dan
dipraktikkan sehingga kita akan paham akan kebenaran sesungguhnya, yang mana
dikatakan bahwa Dhamma/kebenaran itu indah pada awal, pertengahan dan akhirnya
jika dipraktikkan dengan baik dan benar.
Referensi :
1. Dhammapada
2. Saæyuttanikâya, Mahâvagga
Mettacittena/Hendra DRS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar